
Padang – MMNews – Hujan yang mengguyur Kota Padang pada Jum’at malam/26 April 2024 telah menjadi tanda turunnya rahmat Allah untuk pertemuan Ketum DPP PUI (Dewan Pengurus Pusat – Persatuan Ummat Islam) dengan Pengurus DPW PUI Sumatera Barat, menjelang masuknya waktu isya telah berdatangan sejumlah aktivis Islam ranah Minang yang tergabung dalam pengurus wilayah PUI dan beberapa di antaranya juga calon Pimpinan DPW Pemuda PUI Sumatera Barat, konsolidasi aktivis Islam ini berlangsung khidmat di Hotel Grand Zuri-Padang.
Dalam pertemuan ini DPW PUI Sumbar dipimpin langsung Ketum DPW Hamdanus, saat ini Hamdanus juga menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Sumatera Barat (UNISBAR), didampingi Sekum Jen Zuldi, Anggota DPRD Kota Payakumbuh terpilih (periode 2024-2029), Bendum Yuni Andra (Kabid Kesmas Dinkes Prov), dan Sekretaris Eksekutif Hendri Gunawan, hadir juga beberapa alumni/aktivis HMI, IMM, KAMMI, PMII, PII BEM, LDK dll yang telah mengikhlaskan diri bergabung di Ormas Islam PUI, diantaranya Revi Marta Dasta (Mantan Ketum Badko HMI Sumbar), Hamzah Jamaris (Ketum IMM Sumbar), Reido Deskumar (Mantan Presiden Mahasiswa Unand) dan Taufik (Mantan Ketum PW PII Sumbar)
Antusias yang tinggi dari para aktivis PUI Sumbar untuk menemui Ketum Kiyai Nurhazan cukup beralasan, selain sebagai pucuk pimpinan nasional PUI, Kiyai Nurhasan juga sosok aktivis yang cukup matang di dunia pergerakan, saat menjadi pelajar dan mahasiwa di era-80an Kiyai Nurhasan adalah aktivis di Persatuan Pelajar Islam (PII), di dunia pemuda beliau juga pernah menjadi Ketua Umum Pemuda PUI Pusat (2004-2009), di partai politik juga pernah menjabat Wasekjen DPP PKS (2004-2009), sebagai politisi pun sudah cukup senior dengan jabatan 3 periode di DPR -RI (2009-2024), saat ini Kiyai Nurhasan adalah Anggota DPR-RI Komisi VII (membidangi energi, penelitian dan teknogi serta lingkungan hidup) dari dapil Jabar IX (Majalengka, Sumedang&Subang) sehingga diskusi seputar keummatan dan kebangsaan terus mengalir bahkan terkadang mendalam dengan sang Ketum yang penuh kapasitas, pertemuan inipun baru bisa berakhir tepat pukul 00.00 wib.
Sekilas tentang sejarah PUI, berangkat dari kepedulian terhadap nasib bangsa, tiga tokoh KH. Abdul Halim, KH. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin berjuang melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan, ketertindasan, kebodohan, kemiskinan, dan politik belah bambu (devide et empire) yang dilakukan kaum penjajah. Maka dari itu mereka membentuk perhimpunan yang diberi nama Persatuan Ummat Islam (PUI) dan tanggal 21 Desember 1917 diperingati sebagai hari lahir PUI. (*)