Publikasi - Advetorial - Iklan - Bisnis - Charity
Today
{"ticker_effect":"slide-v","autoplay":"true","speed":3000,"font_style":"normal"}

Buya Herizal Dua Priode DPRD Disumbar, Tetap Sederhana.

Padang Pariaman – mimbarminangnews.com – Menjelang sholat Zuhur Yohanes datang kerumah Buya Herizal lazran. Seperti kebiasaan Buya, ketika azan berkumandang diselalu bergegas pergi ke masjid sambil menarik tangan Yohanes sambil berucap “Ayo ka musajid sholat, hanya ini yang kita bawa keakhirat”, kita langsung berjalan bersama-sama.

Itulah pertemuan Yohanes pertama paska Covid-19 berakhir pandemi. setelah sholat Zuhur dimasjid diajak kembali kerumah. Sudah 4 tahun lebih Yohanes Wempi tidak berdiskusi, mahota atau memintak petuah.

Dalam diskusi tersebut banyak yang kita bahas termasuk kenapa Yohanes tidak datang lagi ke kantor DPD atau ikut acara PKS Padang Pariaman, dengan singkat Yohanes sampaikan bahwa selama itu alah sibuk dengan untung-parasain di Kota Padang, Yohanes juga tidak pernah diundang oleh kawan PKS di Padang Pariaman dan kota Pariaman maka lengkap sudah Yohanes tidak muncul dikegiatan dakwah Piaman.

Tapi sambil bercanda, insyaallah doa selalu menyertai PKS Padang Pariaman sukses menjalankan amanah dakwah, Alhamdulillah sekarang PKS Padang Pariaman sudah hebat, sudah ada Pimpinan DPRD, yang dahulu waktu tahun 2013 pernah kita cita-citakan.

Banyak hal yang kita diskusikan, namun secara pribadi Yohanes masih melihat kesederhanaan Buya Herizal masih seperti dahulu. Jujur Yohanes sampaikan dalam tulisan ini, anggota dewan yang pernah duduk di DPRD provinsi dan DPRD kabupaten hanya Buya Herizal yang sederhana tidak seperti mantan anggota DPRD kebanyakan.

Penulis ingat kisah Buya Hamka bahwa beliau juga pemimpin yang menderita atau hidup dalam kesederhanaan, bisa dibaca buku tentang beliau. Begitu juga dengan Agus Salim, dalam cerita suatu ketika, Kasman Singodimejo dalam buku “100 tahun Haji Agus Salim” (1996 : 163, 175) ketika melihat secara langsung kondisi Agus Salim yang mengontrak di gang yang jalannya becek dan sempit, beliau pernah mengatakan, “Leiden is lijden.” (memimpin itu menderita).

Kata-kata ini lahir setelah melihat kemelaratan “The Grand Ould Man”, KH. Agus Salim, seorang Politisi Muslim kawakan dan dikenal sebagai Ulama yang penuh kesederhanaan.

Diplomat jenaka ini selama hidupnya memilih hidup sederhana. Walau ada kesempatan untuk menjadi kaya, namun selama hidupnya melarat. Tempat tinggalnya selalu berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lain. Bahkan, pernah istrinya muntah-muntah di tempat kontrakan yang jambannya rusak.

Begitu nasib dan kondisi kehidupan pahlawan, dari kehadiran Yohanes dirumah Buya Herizal, menemukan keadaan tersebut bahwa Buya Herizal melakoni sosok kesederhanaan Pemimpin paska tidak lagi Anggota DPRD.

Dari cerita Buya Herizal, kehidupan masih seperti dahulu, masih rajin membaca Al Qur’an disaat kesempat ada, Persis sama seperti di DPRD yang beliau selalu lakukan itu rutin jika rapat DPRD tidak ada. Tetap memberikan nasehat kepada kader, simpatisan yang bertanda kerumahnya dipinggir sawah, doakan Buya Herizal tetap sehat, sabar dan tetap berkegiatan dakwah[*].

On Trend

Terpopuler