
Bagindo Yohanes Wempi
Sungai yang berada pada kawasan yang dilewati pembangunan jalan tol sekarang tidak jernih lagi, setiap hujan turun selalu terjadi banjir dengan air keruh, menyebabkan terjadi kehancuran bendungan irigasi yang mengaliri ribuan hektar sawah.
Kondisi yang terparah terjadi pada bendungan irigasi ladang laweh, Padang Pariaman yang sudah mendekati 3 tahun tidak mengaliri air kesawah, kolam ikan kering dan lainnya. Keadaan ini membuat kerugian serius bagi masyarakat.
Kerusakan lingkungan dengan jembolnya bendungan ini sudah membuat petani padi susah, ditaksir kerugian puluhan sampai ratusan milyar masyarakat petani tersebut. Memprihatinkan dan keadaan yang zholim di Padang Pariaman.
Menurut hitungan tokoh masyarakat Ajo Syauqi dalan satu kelompok wa, memaparkan bahwa kondisi mulai dari runtuhnya endapan lumpur di ladang laweh tersebut sampai sekarang, dihitung dengan angka, kerugian seperti luas lahan lebih kurang 1000hektar.
Jika panen 2 kali setahun atau 3 kali setahun dengan satu hektar hasil 200 belek (alat ukur urang Piaman) dengan harga padi sebesar Rp. 75.000.00/belek maka total uang hilang sebesar lebih kurang 100 milyar, andaikan dihitung kerugian hasil kolam ikan bisa lebih banyak lagi.
Jika produksi padi sebesar itu tetap terjaga dengan bendungan irigasi ladang laweh tersebut tetap baikan maka petani dibeberapa kecamatan akan makmur dan bahagia.
Kerugian masyarakat petani dialiran sungai kondisi lingkungan rusak tersebut tidak dapat ditanggulangi oleh pemerintah daerah maka saatnya masyarakat petani dapat mengambil tindakan.
Saya pihak selaku yang termasuk dirugikan karena keluarga banyak yang tinggal di Kiambang atau Lubuk Pandan sedang mempelajari langkah apa yang harus dilakukan, kerusakan lingkungan ini secara ditarik keproses hukum siapa yang bertanggung jawab.
Saatnya para korban bertindak, korban menempuh jalur konstitusi agar dampak dari kerusakan lingkungan tidak semakin menyengsarakan masyarakat petani di aliran yang tercemar saat ini.(*)