
Oleh : Labai Korok Piaman
MMNEWS – Seorang ayah jika meninggal di Piaman akan dikubur dipusaro suku atau kaumnya, salah satu hikmah adalah kelak jika ada Mandoa Pusaro maka anak dari sang ayah akan hadir dalam acara tersebut, disini sang anak ketemu dengan etek, apak, kakak, adik dari sang ayah.
Kebiasaan di Piaman Mandoa Pusaro tersebut dilakukan saat bulan raya Idhul Fitri, anak ketemu dengan bako atau sesuku atau sekaum dari orang tua laki-laki sang anak.
Mandoa Pusaro tersebut diselenggarakan dalam bentuk berjamaah atau semua kaum suku dan anak pisang hadir bercengkrama dalam rangka mendoa agar sang ayah mendapatkan syurga.
Perlu dipahami bahwa Mandoa Pusaro secara bahasa terdiri dari dua kata yaitu ‘Mandoa’ artinya bedo’a dan ‘Pusaro’ artinya makam/kuburan. Mandoa Pusaro adalah sebuah tradisi dimana suatu keluarga atau kaum akan mengundang urang siak (imam, ulama, labai) dan anak nagari untuk memimpin do’a yang bertujuan untuk mendo’akan keluarga mereka yang telah mendahului mereka agar dilapanggkan kuburnya dan terhindar dari siksa azab kubur.
Jika sebuah keluarga yang melakukan tradisi Mandoa Pusaro, maka tradisi ini akan berlangsung dirumah keluarga tersebut.
Namun, jika kaum/suku yang melakukan tradisi ini, maka tradisi ini akan belangsung dekat kuburan atau makam kaum yang dibuatkan tempat khusus seperti los beratap.
Bagi yang belum paham Mandoa Pusaro itu dengan tata cara penyelenggaraan tradisi ini yaitu kaum atau keluarga menyediakan ataupun membawa makanan yang ditutup atau dibungkus seperti sia, jamba.
Dalam acara tersebut mengundang semua anak kemenakan dari kaum dan tetangga dekat, tentu terutama anak babako yang ayahnya dikuburkan disini tadi.
Dalam prosesi mandoa tersebut, seperti kebiasaan maka urang sia akan membakar kemeyan (setelah selesai berdo’a boleh dibuang).
Semua nanti akan berzikir, tahlilan, dak gatik membaca kalimat Allah SWT dan Rasulullah, ini ditutup dengan salah satu urang siak memimpin baca do’a, semua yang hadir mengaminkan.
Setelah prosesi doa selesai maka semua laki-laki yang hadir, wajib ikut makan bersama yang kesemua makanan dibawa oleh emak-emak, mande, dan perempuan yang keluarga dikubur disitu.
Disamping itu urang siak atau labai mewakili suku akan mengumpulkan sedekah (diniatkan atas keluarga yang meninggal agar mereka mendapat pahala), lalu sebagian diberikan kepada urang siak dan sebagian lagi dibagikan pada anak-anak yang mengikuti tradisi tersebut.
Itu alur singkat dari perjalanan kegiatan Mandoa Pusaro tersebut, sembari mengikuti semua prosesi acara tersebut, anak dan bako akan menjalin silaturahmi paska ayahnya meninggal jarang bertemu, keadaan ini karena pertalian anak itu dengan ibu bukan sang ayah di Piaman.
Momen keakrapan timbul atau hadir disaat Mandoa Pusaro tersebut, maka bagi anak kemenakan sangat penting hadir dan mengikuti acara Mandoa Pusaro tersebut untuk mengikat kuat tali persaudaraan secara adat Piaman atau Minang dengan kau ayahnya paska tidak ada lagi.