Publikasi - Advetorial - Iklan - Bisnis - Charity
Today
{"ticker_effect":"slide-v","autoplay":"true","speed":3000,"font_style":"normal"}

Biaya Menjadi Kepala Daerah Memang Mahal

Oleh Bagindo Yohanes Wempi

Senior Saya orang Piaman namanya Ajoo Miko Kamal (Wakil Rektor III UISB) mengirim tulisan berjudul Bahaya Pokok Politik Tinggi, sang doktor lulusan Australia ini menjelaskan bahwa mahalnya biaya jadi Kepala Daerah (Walikota, Bupati, Gubernur atau Wakilnya).

Saya membaca tulisan ini ikut tersenyum-senyum, yang terpikir tentu Ajoo Miko Kamal ini baru tahu atau pura lupa bahwa biaya jadi pejabat itu memang mahal atau berbiaya tinggi.

Catatan Saya sekarang bagi orang yang pengangguran banyak uang itu yang tertarik jadi pejabat atau mama/papa/orang tua banyak uang yang menjadikan anaknya Kepala Daerah sebagai investasi khusus.

Saya mencoba menambahkan tulisan dari Ajoo Miko Kamal tersebut, memang betul jadi Walikota atau Kepala Daerah dan Wakilnya itu butuh dana 30 M, 50 M atau 100 milyaran dengan posisi sosok figur tidak elit partai.

Tapi jika elit partai atau ketua parta, petinggi partai, kader partai itu biayanya agak murah, kurang dari 30 milyar atau bisa ditekan melalui mekanisme “kabek padi jodaun”

Jangankan jadi Kepala Daerah, pada Pileg kemarin Anggota Dewan terpilih Kota Padang ada yang menghabiskan uang paling banyak 3M sampai 1 M. Jika jumlah Anggota Dewan seperti Propinsi Sumbar yaitu 65 orang berarti total biaya yang dikeluarkan lebih kurang 200 milyar.

Maka wajar jadi Gubernur Sumatra Barat menyiapkan dana 100Milyar, separo dari biaya kampanye anggota dewannya agar bisa menang, itu dengan posisi semua calon mulai star dari nol kilometer elektabilitas.

Sedangkan untuk anggota dewan kabupaten jika mau duduk sebanyak 40 orang maka semua biaya yg dikeluarkan untuk menang sebanyak lebih kurang 100 Milyar.

Kajian Saya hanya Caleg PKS yang berbiaya murah karena ada bantuan dari kader dan partai dalam pemenangan, itupun perolehan kursi tidak pernah tinggi karena tidak disokong oleh pendana yang banyak seperti Caleg yang orang tuanya kaya.

Jadi pertanyaannya jika Anggota Dewan mengeluarkan dana sebanyak itu, berapa tahun untuk memulangkannya, berapa besar gaji untuk mereka kembalikan modal, ibarat berdagang berbicara hitungan untung-ruginya. Entah lah, dak tahu Saya apakah Anggota beruntung atau rugi diakhir masa jabatannya nanti.

Yang jelas Anggota Dewan itu bisa bergaya, bisa tampil dipublik membuat semua orang hormat atau diberikan status khusus ditengah masyarakat yang ini bisa semua gila pangkek kata orang Piaman.

Cuma lucunya, walaupun pokok politik tidak akan pulang jika ditinjau dari kehalalan pendapatan, setiap kali pemilu banyak saja orang yang ikut jadi kontestasi Caleg tersebut, tetap hitungan banyak uang atau biaya tidak jadi ukuran kalah menangnya.

Jadi Ajoo Miko Kamal tidak usah dipikirkan mau maju itu, jangan pikirkan berapa uang yang akan dikeluarkan, apakah 30 milyar, 20 milyar atau 0 milyar.

Yang terpenting sekarang adalah Ajoo Miko Kamal tetap maju jadi Walikota dan harus mampu meyakinkan elit partai politik yang ada bahwa Ajoo Miko Kamal maju dan elit partai tidak punya kader kepala daerah tertarik mengusung.

Jika diperlukan buat saja rekening yang ada angka milyaran atau ratusan rupiah isi didalamnya untuk meyakinkan bahwa Ajoo Miko Kamal maju ada uang, siap digelontor seperti uang tidak berguna secara pribadi.

Jika Ajoo Miko Kamal berpikir pokok politik maka Ajoo Miko Kamal tidak akan pernah bisa maju, atau tidak akan pernah bisa dicalonkan, ini sangat merugikan masyarakat yang hari ini tahu bahwa Ajoo Miko Kamal adalah putra terbaik bangsa yang bisa membawa perubahan daerah.

Sekarang Ajoo Miko Kamal harus mampu mengalahkan Bakal Calon Kepala Daerah lain yang jadi tokohnya karena banyak uang, yang menyebabkan elektabilitas ada dikarena uang banyak atau siap menggelontorkan dana 30 sampai 100 milyar untuk menang.

Walaupun dilihat dari rekam jejak yang bersangkutan anak mamak, anak papa, atau tokoh maju jadi Kepala Daerah ini, yang kita semua tahu dari manakah dana kekayaan yang didapat dan dihasilkan selama ini.

Termasuk perilaku sang Bakal Calon Kepala Daerah banyak uang tersebut yang selalu keluar masuk ke diskotik, karoke atau sebelum beliau mencalon diri sering mabuk-mabukan yang rekaman cctv-nya bisa dibuka untuk bisa mengalahkannya.

Walaupun Saya yakin dengan banyak uang mereka tersebut, semua kelemahan bisa dipoles secara instan sehingga seorang sekelas Rektor atau kalangan tokoh berintegritas pun terkecoh olehnya.

Saran saya Ajoo Miko Kamal kalau maju lah jangan berpikir pokok politik, bepikirlah bahwa Saya maju bisa melakukan apa saja asal rakyat dan warga bisa terbantu makmur, yang hari ini rakyat sudah dikibuli oleh para elit politisi.

On Trend

Terpopuler