Oleh Labai Korok Piaman
Perhitungan KPU masih berjalan, catatan tim Penulis diprediksi Anies Baswedan-Muhaimin menang banyak di Sumbar 2 yaitu Padang Pariaman, Agam, Kota Bukittinggi dan Kota/Kabupaten lainnya diperkiraan kemenangan ini mencapai lebih kurang 60%, angka kemenangan yang tinggi di Indonesia.
Dibandingkan dengan perolehan suara partai pendukung Prabowo-Gibran peroleh suara Anies sangat baik, diatas. Namun secara logika harusnya Prabowo-Gibran yang lebih banyak suaranya dari pada Amin karena partai pendukung Prabowo-Gibran mendapat suara tinggi.
Itulah data rielnya bahwa presiden Anies yang menang, sedangkan pemilihan legislatif (Pileg) yang menang itu partai pendukung Prabowo-Gibran, malah ada partai pendukung Anies-Cak Imin yang tidak dapat kursi untuk dewan pusat.
Dengan kondisi seperti itu susah akademisi melogikan, bagaimana ceritanya partai pengusung suaranya besar sedangkan calon presiden kalah didapil Sumbar 2 (DPR RI) tersebut.
Menurut catatan bahwa memang proses pemilihan presiden murni di lapangan tampa adanya money politik, tampa disiram mendorong harus memilih presidennya yang sama.
Ternyata memang dilapangan money politik hanya dilakukan secara pribadi caleg (calon anggota legislatif) sedangkan presiden tidak diikut sertakan dalam amplop itu.
Jika dalam amplop Caleg tersebut berisi juga paket presiden maka diyakini suara partai dengan presiden akan sama, hasilnya menang pileg dipastikan menang presiden maka Prabowo-Gibran orangnya.
Langka ini memang dilapangan tidak terjadi, tim sukses presiden tidak main money politik, murni pilihan masyarakat berdasarkan pilihan pribadi atau pilihan berdasarkan akal sehat.
Dapat disimpulkan bahwa kemenangan Anies Baswedan di Sumatra Barat murni berkat dorongan hati nurani masyarakat, tampa ada intervensi money politik, makanya hasil pilpres membawa Anies Baswedan yang menang di Sumatra Barat.