Oleh Labai Korok
Mimbar-minangnews.com – Setiap organisasi mengadakan pemilihan Ketua Umum lalu ricuh seperti kursi berterbangan, peserta bangku hantam, dan lainnya, hal itu biasa dalam penganut demokrasi primitif dan moderen.
Andaikan ada pemilihan Ketua Umum apapun ricuh, sudah hal biasa, Jangan dianggap itu luar biasa. Itu sudah alami terjadi dan banyak proses organisasi alami.
Penulis melihat di medsos saat ini ada muktamar satu partai Islam ricuh, dalam pemikiran Penulis itu sudah biasa, namun ada juga anggapan orang lain itu hal luar biasa. Penulis sampaikan biasa itu terjadi.
Setiap pemilihan Ketua Umum ricuh itu tanda ada siklus kekuasaan sedang berputar, dimana ada kekuatan baru yang hadir, lalu mendominasi, merobah situasi lama.
Tentu kekuasaan yang ada saat ini terganggu, dipastikan akan digeser atau dialihkan, nah situasi inilah yang membuat keadaan terjadi tarik menarik, atau terciptanya api kericuhan.
Penulis sudah malang melintang, hadir di organisasi, melihat kericuhan pemilihan Ketua Umum terjadi, apakah pemilihan Ketua Ormas, Ketua Partai, Ketua kelembagaan lainnya, sangat lah sering.
Ricuh pemilihan Ketua Umum ini juga terjadi di lembaga resmi Negara, bisa dilihat dari sejarah negara-negara yang ada, dimana pemilihan Ketua atau pimpinan akan ricuh jika menganut demokrasi. Jadi ricuh biasa saja.
Sudah saatnya para pembaca tulisan ini memaklumi kericuhan pemilihan Ketua Umum itu terjadi, namun menurut Penulis yang tidak boleh itu kericuhan berujung perang saudara, ini yang sama dihindari, kerugian akan luar biasa.
Namun yang namanya demokrasi sudah mengarah pada kekuasaan, apapun dipastikan terjadi, sejarah mencatat semua bisa saja terjadi yaitu kericuhan menyebabkan terjadinya perang, berujung sampai tercipta kestabilan baru.
Selamat Muktamar PPP Indonesia, selamat mendapatkan Ketua Umum baru, semoga PPP semakin dewasa diera demokrasi tidak menjunjung nilai Islam ini.
