
Oleh Labai Korok Piaman
Beberapa pengacara dan tokoh masyarakat mengontak dan menjapri Penulis agar PKS melaporkan Epyardi Asda ke Polda karena telah menebar cerita kosong dan hoax disaat pertemuan dengan masyarakatnya. Sekarang video itu viral, Kader PKS, masyarakat Sumbar seperti Penulis pernah calon anggota legislatif dari PKS sangat dirugikan.
Kata kawan pengacara dan tokoh masyarakat tersebut menyampaikan bahwa isi video itu sudah bisa masuk dalam kategori pencemaran nama baik yang dilakukan Epyardi Asda terhadap kader, anggota dewan dan calon anggota dewan PKS terpilih maupun tidak hari ini.
Kata sang pengacara dan tokoh masyarakat, Epyardi Asda bisa diduga telah melanggar Pasal 310 ayat 1 KUHP adalah dasar hukum yang mengatur mengenai perilaku pencemaran nama baik, terutama yang berlaku secara langsung dengan lisan. Ketika orang dengan sengaja ataupun tidak melontarkan ucapan atau melakukan tindakan yang berpotensi menyinggung atau menghina orang lain.
Namun kata Penulis sampai hari ini PKS Provinsi Sumatera Barat dan Buya Mahyeldi belum ada niat melaporkan Epyardi Asda kepenegak hukum karena orang lah yang tahu “Epyardi Asda sudah gaya komunikasi model itu. Kalau isi video itu terjadi, itulah sang kapten yang lari ketangah sawah di Nan Sabaris sebelumnya.
Seperti tulisan kemarin lebih baik Bupati Kabupaten Solok tersebut “dilataan see dikursi wee”. Atau kata mamak ambo turun asli paninggahan yaitu “anjing kalau mengigit, jangan kita gigit juga anjing tersebut karena itu haram”. Sepengetahuan Penulis hanya itu juga yang bisa dilakukannya, marah-marah, suara keras dan sorak-sorak sana sini bahwasan orang ini salah semua.
Tuduhaan yang disampaikan oleh Epyardi Asda bahwa Gubernur Sumatra Barat turun kedaerahan tidak ada kordinasi itu salah betul sudah dijawab oleh Pemerintah Propinsi, baca berita terbaru.
Epyardi Asda mungkin lupa bahwa yang melaporkan beliau ke KPK itu tidak salah anggota dewan dari kabupaten Solok karena ada kasus masalah tanah atau aset. Bukan Buya Mahyeldi yang melaporkan sepengetahuan Penulis tidak tipe Gubernur Sumbar seperti itu.
Setelah itu tuduhan tentang kasus korupsi, seperti Epyardi Asda kurang membaca buku menurut Penulis, perlu diberi tahu bahwa ““PKS memiliki rekam jejak yang baik. Salah satu sistem kaderisasi partai politik yang paling bagus adalah PKS dibandingkan dengan partai partai yang lain. Ini dari studi yang saya tahu di KPK dan ketika saya masih di LIPI” dikutip ungkapan Laode M. Syarif, Wakil Ketua KPK 2015-2019. Tapi biasa kalau nunjuk orang lain satu telunjuk, empat lagi seperti menunjuk dirinya sendiri.
PKS adalah satu-satunya partai yang mulai berdirinya tahun 1998 (PK) hingga saat ini, tidak pernah mengganti asas partai sebagai partai berasas Islam. Sampai hari ini PKS tetap berjuang bersama ulama dan umat, mendukung agenda keumatan dalam bingkai NKRI.
PKS selalu terdepan menerjunkan Relawan PKS dalam setiap aksi penanggulangan bencana. Bersama elemen lain, Relawan PKS bahu membahu meringankan beban para korban bencana banjir, longsor, kebakaran, tsunami, gunung meletus, gempa bumi, juga bencana kelaparan.
Termasuk bencana yang terjadi saat ini di kabupaten pesisir selatan, Padang Pariaman dan Kota Padang yang kader PKS turun dilapangan secara bersama-sama.
Penulis saat ini terkadang berpikir, apakah Epyardi Asda ini ingin berpasangan dengan Buya Mahyeldi di Pilkada Provinsi Sumatera Barat, insyaallah pintu itu terbuka kalau niat memang membangun daerah Sumatra Barat ini.