Publikasi - Advetorial - Iklan - Bisnis - Charity
Today

Calon Dewan Seraan Uang Milyaran, Tapi “Taduduak”

Oleh : Labai Korok Piaman

Berkunjung Penulis ditengah lapau dipastikan warga lapau masih bercerita (mahota) tentang pemilihan legislatif (pileg) yang dapat suara duduk dan yang tak duduk “taduduak”, walaupun calon dewan itu telah “manyiram” pemilih dengan uang (money politik) banyak.

Bagi masyarakat lapau sangat hapal sekali proses money politik terjadi, dimulai dari cara bagi-bagi uangnya, berapa uang dibagi-bagikan ditengah masyarakat, sampai berapa hasil suara yang didapat dari proses manyiram uang tersebut ditengah masyarakat. Kesemuanya diceritakan dengan enteng dan lancar oleh warga lapau.

Versi warga lapau menyebutkan sipoliq dari partai ketuanya keturunan nigrat telah menghabiskan dana lebih kurang 3milyaran dari awal dia membeli nomor urut sampai terakhir membagi-membagi uang agar dapat suara, ternyata suara yang didapat lebih kurang 3000, berarti satu suara dibelinya seharga 1juta lebih.

“Kasian awak” kata warga lapau, uangnya habis milyaran tapi dak duduk, sekarang masyarakat dikampung tidak disapanya lagi, malah seakan dimusuhi dan beliau marah sama kepala daerah karena dibantu tapi ternyata hanya dikasih harapan palsu saja.

Sipulan caleg kota habiskan dana lebih kurang 1,5 milyar, dari suara yang didapat, bisa dipastikan satu suara berharga 1juta juga, namun beliau belum pasti duduk, kata orang-orang beliau “taduduk Lo” (tidak terpilih).

Banyak cerita-cerita yang disampaikan oleh warga lapau kepenulis, ada juga salah seorang anggota dewan maju ketingkat propinsi dengan pindah partai ke gemoy, sewaktu maju dikota dahulu bapaknya habiskan uang lebih kurang 700jt, Alhamdulillah lalu duduk jadi anggota dewan kota.

Saat ini maju ke Propinsi dari partai gemoy lalu memainkan cara lama beliau duduk dahulu, dananya habis milyaran juga suara didapat cukup tinggi tapi belum duduk, alias terduduk juga. Sekarang yang bersangkutan lah acok manuang-manuang surang ditepi aie Pasie.

Penulis hanya sebagai pendengar terbaik dalam hota lapau tersebut, karena semua warga lapau tahu bahwa Penulis maju jadi anggota dewan dari PKS tidak keluar uang, tidak ada nyiram-nyiram atau bagi-bagi uang (money politik), malah urang lapau memberi apresiasi dengan modal maju tidak lah banyak uang keluar, modal hanya persahabata dan perkawanan lai dapat suara diatas 5000 lo, samo Jo siani anggota dewan partai perubahan, kemungkinan terpilih, yang maju sama-sama dengan penulis dapat suara sama.

Jadi pantas saja Penulis kata warga lapau senyum-senyum dan tampa beban paska pemilu, malah Penulis yang kasian dengan anggota dewan yang terpilih sekarang memakai uang banyak, dengan anggota dewan yang tidak terpilih juga menyebar uang.

Cerita warga lapau itu berhenti ketika Penulis jelaskan bahwa para calon anggota dewan ini perlu pahami tentang kedewanan, berapa uang yang didapat didewan, dan lainnya.

Seandainya kita duduk jadi anggota dewan kabupaten menghabiskan dana 2milyaran, 1milyaran sampai 700juta itu tak sebanding dengan apa yang kita dapatkan, kalau anggota dewan itu berpikir uang masuk dan uang keluar seperti berdagang atau jual beli dak akan ketemu untungnya.

Kita ambil contoh gaji dewan, sepengetahuan Penulis untuk Kabupaten Padang Pariaman hanya 20jt lebih kurang berarti satu tahun 240jt, kalau 5 tahun berjumlah 1,2 milyaran, belum lagi dipotong parta, belum sumbangan wajib acara partai.

Nah modal kampanye 2 milyaran atau 700jutaan habis karena menyiram (money politik) masyarakat saat kampanye tentu tidak akan bisa kembali uangnya, kalau ada pendapat lain dianggap bisa, sekarang banyak anggota dewan yang ambil jatah uang “bagak” dari proyek pokir atau keluarga anggota dewan yang kerjakan pokir tersebut, hitungan Penulis belum tentu bisa menutupi uang kampanye yang lebih dari 1milyar tersebut.

Jadi Penulis sangat heran dimana masalahnya sehingga para calon anggota dewan ini berani bagi-bagi uang (money politik) banyak, milyaran, sedangkan penghasil yang didapat saat duduk tidak seperti uang yang dikeluarkan.

Aneh memang tapi itu kenyataanya, pemilu tahun 2024 ini sangat gila-gilaan, para calon legislatifnya ikut jadi orang gila mengelontorkan uangnya milyaran, masyarakat juga ikutan tampa memikirkan halal haram dari uang politik, uang diterima tersebut.