
Oleh Labai Korok Piaman
Mimbar Minang News – Dinasti politik sudah menggurita sepuluh tahun terakhir paska reformasi digulirkan mahasiswa 98. Hal ini bisa dilihat, disetiap Propinsi yang ada di Indonesia, andaikan Kepala Daerah dibawah umur 30 tahun terpilih, ini mayoritas akibat sokongan jaringan dinasti lokal.
Bisa saja ayahnya seorang pejabat negara, ibunya petinggi republik atau partai, bapaknya mantan Kepala Daerah sebelumnya, atau keluarga dekat anggota DPR RI atau pejabat lembaga negara yang sedang aktif.
Begitu mengguritanya dinasti lokal, penguasa daerah sudah seperti raja-raja kecil yang selalu dipegang oleh satu keluarga, turun temurun. Penulis yakin bahwa munculnya anak Jokowi jadi Calon Wakil Presiden juta terinspirasi dari dinasti lokal tersebut.
Sekarang segala cara di Republik ini agar dinasti bisa berjalan dan sukses terwujud, banyak hal yang dilakukan oleh keluarga tersebut seperti disinyalir apa yang dilakukan oleh suami tante dari Gibran yang memutuskan umur dibawah 40 tahun boleh menjadi Calon Wakil Presiden atau Presiden.
Selaku seorang Penulis yang jadi aktivis mulai dari sekolah menengah, terus aktivis mahasiswa, melihat dinasti Jokowi sangat memprihatikan. Sungguh begitu memilukan dan memalukan apa yang dilakukan Anwar Usman demi membela dan mewujudkan cita-cita dinasti keluarga Jokowi.
Hukum disinyalir telah dipermainkan MK hanya demi membela seorang keponakan (Gibran). Kewenangan sebagai hakim dan Ketua MK telah disalahgunakan. Sang paman itu (Anwar Usman) boleh jadi akan dicatat sejarah sebagai seorang pelacur hukum di Indonesia.
Tidak hanya Penulis yang melihat betapa buruknya situasi negara ini sekarang. Para pendukung fanatiknya Jokowi saja macam Deny Siregar, Goenawan Mohamad, Ade Armando, Iwan Fals, Eros Jarot, Grup Slank, dll sudah sadar dan bertaubat sekarang menjauhi prilaku membangun dinasti tersebut.
Namun yang lucu, sekarang para petinggi partai yang merupakan kaum intelektual, kaum yang menata karir politiknya dari bawah seperti Yusril, anis Matta, Erlangga, dan lainnya malah mendukung dan mengusung anak Jokowi jadi Calon Wakil Presiden.
Tidak habis pikir, masa para Ketum Partai terbesar di Indonesia ini, malah seperti jadi kerbau dicucuk hidungnya lalu dikasi tali ditarik-tarik kemana-kemana, dan sepakat mewujudkan dinasti keluarga dipuncak kepemimpinan negara yaitu Presiden dan Wakil Presiden.
Indonesia adalah sebuah negara yang begitu besar, yang telah diperjuangkan oleh para ulama, tokoh-tokoh bangsa, pemuda, dan para pendahulu kita yang sangat cinta terhadap bumi pertiwi ini, saat ini sedang dibuat dagelan, dipermainkan bak sebuah perusahaan milik nenek moyang Jokowi.
Aneh bin ajaib, karena para pendampingnya yang bergelar professor minimal doktor berubah jadi culun, kehilangan teori ilmu yang pernah diajarkan, seperti penakut dan berani khianat terhadap kelangsungan bangsa kedepan.
Mereka membiarkan keluarga Jokowi mengobok-obok Negara demi mengejar dunia dan jabatan cawapres, menteri, atau mungkin anggotanya dapat jabatan komisaris atau dapat proyek basah.
Apakah intelektual tidak sadar bahwa Di akhir masa jabatannya, dia sedang berupaya keras membangun dinasti politik (yang penuh kejahatan). Bukan tanpa sengaja kalau anak dan mantunya diplot jadi Walkot, anak bungsunya jadi Ketum Partai, Adiknya iparnya yang Ketua MK settingan, untuk memuluskan Gibran jadi cawapres, padahal dia sangat-sangat tidak belum dan tidak qualified untuk menduduki jabatan itu dibandingkan Ridwan Kamil, Irwan Prayitno dan kepala daerah lainnya yang sukses.
Belum sadarkah para penjilat, pemuja atau pendukung Jokowi akan langkah-langkah Jokowi yang tengah berupaya menghancurkan Indonesia demi memenuhi syahwat dunia dan kekuasaan pribadi, itu analisanya.
Mau sampai kapan Jokowi dibiarkan mengobok-obok dan memporak-porandakan Indonesia ini, atau menunggu Indonesia dikuasai oleh aseng dan asing secara 100%. Maka yang peduli dengan hancurnya negara akibat dinasti bergeraklah sebelum semuanya terlambat dan Indonesia berantakan[*].