Today

Datuak Menghentikan Kemenakan Membunuh, Bunuh Diri, Keadaan Minang Krisis

Oleh Labai Korok

MMNews – Saat ini mamak kepalo warih, angku datuak banyak kesibukan mengurus politik, jabatan, mengolah pusako tinggi untuk dijual, atau hidup jauh di perantauan bersama induk bareh, sehingga keberadaan kemenakan tidak dijingau-djingau nasib dan perasaiannya.

Itulah kondisi mamak, angku datuak hari ini yang Penulis lihat, semua aktivitas untuk kemenangan boleh dikatakan tidak ada karena memang mamak tersebut tinggal di perantau dengan posisi pejabat, posisi pengusaha, posisi yang mereka tersebut tidak berdekatan dengan kemenakannya.

Wajar saja keadaan kemenakan rentan sikap membunuh orang dalam bentuk berantai, kejam, keji, serta tidak ada sikap permintaan maaf dari mamak pelaku pada masyarakat banyak, tidak ada sangsi adat mamak kepala warih pada pelaku, terkesan urusan itu adalah urusan Pemerintahan Daerah dan penegak hukum.

Sedangkan adait diminang kabau sako jo pusako urusan mamak atau angku datuak, wajar jika terjadi pembunuhan dilakukan kemenakan terhadap orang lain, mamak kepala warih bersikap tidak tegas, bersikap tidak sportif dan tidak ada penyampaian ke publik bawa Saya mamak si badu mintak maaf pada keluarga korban. Secara adat memegang tampuk Datuak, akan memberi sangsi juga kepada kemenakan yang telah mencoreng suku dalam nagari tersebut.

Begitu juga disaat kemenakan bunuh diri, Ganting diri, lompat dari lantai atas hotel bintang lima, seharusnya mamak kepala waris langsung turun tangan, dicek atau dikaji kenapa kemenakan itu gantung diri atau bunuh diri, mana tahu ada faktor mamak kepala warih yang tidak adil selama ini seperti kemenakan ini miskin lalu tak dikasih pusako tinggi untuk membantu mereka.

Mamak kepala warih, angku datuak turun langsung mengkaji, mencari pokok permasalahannya, andaikan yang bunuh diri ini kurang iman, kurang ajaran agama Islam maka mamak kepala warih, angku datuak suruh kemenakan lakukan pengajian disurau, karen setiap suku ada suraunya untuk mendalami ilmu agama dan tampek berundiang bisa jadi sarana mengantisipasi perbuat melanggar agama.

Seharusnya setiap kejadian yang ada ditengah kemenakan, sikap mamak kepala warih atau angku datuak orang pertama yang bertanggung jawab, ini sesuai juga adat salingka nagari, sako jo pusako salingka kaum.

Pertanyaan mengapa setiap kejadian bunuh diri, membunuh, KDRT atau kasus kriminal lainya peran mamak kepala warih tidak nampak, atau bisa dikesankan tidak ada, jawaban salah satunya adalah mamak kepala warih tindak ada ditengah kemenakan karena waktu memilih atau jadi Datuak itu kepentingan politik, kepentingan jabatan, atau sekedar begaya-gaya agar di perantauan dikatakan orang hebat.

Sekarang saatnya mamak kepala warih atau angku datuak yang tidak bisa bera ditengah kemenakan, kaum untuk melepaskan jabatan datuknya seperti beliau pejabat, pengusaha dan lainnya tapi tinggal di perantauan, setiap kejadian dikaum tidak pernah punya waktu untuk pulang, untuk mengurus karena sibuk dengan untung jo parasaian dirantau.

Serahkan posisi mamak kepala warih jo angku datuak itu kepada orang yang tinggal dikampung, sehingga yang bersangkutan bisa turun memantau keadaan kemenakan, tau dengan nasib jo kemenakan.

Andaikan kita seorang pejabat, pengusaha atau orang penting lainnya didunia politik, cukup bantu kemenakan dari rantau dengan bantuan yang sifatnya penguat kemenakan dalam bentuk ekonomi, bantuan dalam bentuk memberi pemahaman agama dengan pejabat dirantau membuat kebijakan atau dengan mamak kepala warih atau angku datuak dikampung disuruh membuat program meramaikan surau kaum, dan lainnya.

Penulis yakini jika mamak kepala warih atau angku datuak mampu menjalankan fungsi adat sesuai pituah pusako jo sako yang ada, diyakini pembunuhan, bunuh diri, KDRT tidak akan terjadi lagi, disinipun fungsi Pemerintah Daerah tidak diperlukan lagi.